DERITA Bocah SD Akibat Kelamaan Tak Sekolah karena Corona, Kurang Gerak Badan Gembrot, Sesak Nafas
Seorang bocah kesulitan memakai baju seragam yang sempit, imbas lama tak ke sekolah karena corona.
Ini derita bocah SD karena terlalu tak masuk sekolah karena pandemi virus corona. Postur badan jadi gembrot karena kurang gerak.
Akibatnya, ia sesak nafas saat memakai lagi baju-baju seragam sekolah karena kini jadi kesempitan.
Seorang bocah di China ini tampak kesusahan memakai seragam sekolahnya yang lama tidak ia kenakan, imbas dari karantina selama corona.
Seperti diketahui, pandemi Covid-19 membuat berbagai negara melakukan pembatasan.
Mulai dari jaga jarak fisik hingga lockdown dilakukan guna mencegah penyebaran wabah yang telah menelan banyak sekali koerban ini.
Banyak sektor kehidupan pun mengalami gangguan, tidak hanya ekonomi, tapi juga pendidikan.
Siswa sekolah telah sekian bulan melakukan kegiatan belajar dari rumah karena sekolah ditutup.
Materi dan tugas yang diberikan melalui daring atau secara online dan juga melalui berbagai platform yang disediakan pemerintah maupun swasta.
Dengan demikian, anak-anak sekolah tentu tidak lagi mengenakan baju seragam sekolahnya.
Dikutip dari China Henan, TK Henan Anyang telah dibuka kembali baru-baru ini.
Sebuah video yang viral di media sosial menampilkan seorang bocah yang sedang kesusahan mengenakan seragam sekolahnya.
Bocah tersebut nyaris tak bisa memakai baju seragamnya lantaran sudah terlalu kesempitan.
Ia telah mendapatkan penambahan berat badan selama menjalani karantina dirumah.
Tampak neneknya membantunya lantaran tidak bisa menarik pakaian untuk mengencangkan kancing.
Sangking sempitnya, bocah itu lantas mencoba mengecilkan perutnya dengan cara menahan nafas.
Wajah imut serta tingkahnya yang lucu dalam video itulah yang membuat warganet terhibur.
Diketahui bocah tersebut berusia kira-kira kurang dari 6 tahun.
Ia telah berada di rumah untuk liburan panjang, imbas dari pemberlakuan lockdown.
Video tersebut diunggah oleh Berita Sosial Tiongkok melalui YouTube pada Kamis (4/6/2020).
Hingga artikel ini ditulis, video telah ditonton sebanyak sekitar 32 ribu kali.
Panduan New Normal Jika Sekolah Sudah Masuk
Pola 'New Normal' akan diterapkan pada para siswa bila sekolah telah masuk nanti.
Lalu seperti apa sistem belajar di sekolah diselenggarakan untuk mencegah penularan virus corona?
Berikut ulasannya:
1. Proses skrining kesehatan bagi guru dan karyawan sekolah
Karyawan dengan obesitas, diabetes, penyakit jantung, paru dan pembuluh darah, kehamilan, kanker, atau daya tahan tubuh lemah atau menurun, tidak disarankan untuk mengajar atau bekerja di sekolah.
Golongan-golongan tersebut dapat diberikan opsi work from home (WFH).
2. Skrining zona lokasi tempat tinggal
Melakukan identifikasi zona tempat tinggal guru dan karyawan. Jika tinggal di zona merah disarankan bekerja di lokasi sekolah dekat tempat tinggalnya.
3. Lakukan test covid-19
Test disarankan dengan metode RT-PCR sesuai standar WHO.
Jika secara teknis terdapat keterbatasan biaya atau reagen maka dapat dilakukan opsi pooling test dengan jumlah sampel kurang dari 30.
4. Guru dan karyawan yang telah lolos tahapan skrining diberi tanda
Bagi guru dan karyawan yang telah lolos tahapan skrining untuk covid-19, maka dapat diberikan tanda.
5. Sosialisasi virtual
Seminggu sebelum kegiatan belajar mengajar diberlakukan, lakukan sosialisasi virtual pola baru ke orang tua, siswa, guru, dan staf sekolah.
6. Atur waktu kegiatan belajar mengajar
Waktu kegiatan belajar diatur agar tidak bersamaan dengan waktu padat lalu lintas dan dikurangi durasi di sekolah.
7. Data dan cek kondisi
Guru kelas terpilih wajib mendata dan cek kondisi siswa dan orang tua siswa secara virtual sebagai skrining awal.
Siswa atau orang tua siswa yang sakit diberikan keringanan tetap belajar di rumah hingga dokter menentukan sehat.
8. Posisi duduk
Pengaturan posisi duduk di ruang kelas dan ruang guru minimal berjarak 1,5
Ini derita bocah SD karena terlalu tak masuk sekolah karena pandemi virus corona. Postur badan jadi gembrot karena kurang gerak.
Akibatnya, ia sesak nafas saat memakai lagi baju-baju seragam sekolah karena kini jadi kesempitan.
Seorang bocah di China ini tampak kesusahan memakai seragam sekolahnya yang lama tidak ia kenakan, imbas dari karantina selama corona.
Seperti diketahui, pandemi Covid-19 membuat berbagai negara melakukan pembatasan.
Mulai dari jaga jarak fisik hingga lockdown dilakukan guna mencegah penyebaran wabah yang telah menelan banyak sekali koerban ini.
Banyak sektor kehidupan pun mengalami gangguan, tidak hanya ekonomi, tapi juga pendidikan.
Siswa sekolah telah sekian bulan melakukan kegiatan belajar dari rumah karena sekolah ditutup.
Materi dan tugas yang diberikan melalui daring atau secara online dan juga melalui berbagai platform yang disediakan pemerintah maupun swasta.
Dengan demikian, anak-anak sekolah tentu tidak lagi mengenakan baju seragam sekolahnya.
Dikutip dari China Henan, TK Henan Anyang telah dibuka kembali baru-baru ini.
Sebuah video yang viral di media sosial menampilkan seorang bocah yang sedang kesusahan mengenakan seragam sekolahnya.
Bocah tersebut nyaris tak bisa memakai baju seragamnya lantaran sudah terlalu kesempitan.
Ia telah mendapatkan penambahan berat badan selama menjalani karantina dirumah.
Tampak neneknya membantunya lantaran tidak bisa menarik pakaian untuk mengencangkan kancing.
Sangking sempitnya, bocah itu lantas mencoba mengecilkan perutnya dengan cara menahan nafas.
Wajah imut serta tingkahnya yang lucu dalam video itulah yang membuat warganet terhibur.
Diketahui bocah tersebut berusia kira-kira kurang dari 6 tahun.
Ia telah berada di rumah untuk liburan panjang, imbas dari pemberlakuan lockdown.
Video tersebut diunggah oleh Berita Sosial Tiongkok melalui YouTube pada Kamis (4/6/2020).
Hingga artikel ini ditulis, video telah ditonton sebanyak sekitar 32 ribu kali.
Panduan New Normal Jika Sekolah Sudah Masuk
Pola 'New Normal' akan diterapkan pada para siswa bila sekolah telah masuk nanti.
Lalu seperti apa sistem belajar di sekolah diselenggarakan untuk mencegah penularan virus corona?
Berikut ulasannya:
1. Proses skrining kesehatan bagi guru dan karyawan sekolah
Karyawan dengan obesitas, diabetes, penyakit jantung, paru dan pembuluh darah, kehamilan, kanker, atau daya tahan tubuh lemah atau menurun, tidak disarankan untuk mengajar atau bekerja di sekolah.
Golongan-golongan tersebut dapat diberikan opsi work from home (WFH).
2. Skrining zona lokasi tempat tinggal
Melakukan identifikasi zona tempat tinggal guru dan karyawan. Jika tinggal di zona merah disarankan bekerja di lokasi sekolah dekat tempat tinggalnya.
3. Lakukan test covid-19
Test disarankan dengan metode RT-PCR sesuai standar WHO.
Jika secara teknis terdapat keterbatasan biaya atau reagen maka dapat dilakukan opsi pooling test dengan jumlah sampel kurang dari 30.
4. Guru dan karyawan yang telah lolos tahapan skrining diberi tanda
Bagi guru dan karyawan yang telah lolos tahapan skrining untuk covid-19, maka dapat diberikan tanda.
5. Sosialisasi virtual
Seminggu sebelum kegiatan belajar mengajar diberlakukan, lakukan sosialisasi virtual pola baru ke orang tua, siswa, guru, dan staf sekolah.
6. Atur waktu kegiatan belajar mengajar
Waktu kegiatan belajar diatur agar tidak bersamaan dengan waktu padat lalu lintas dan dikurangi durasi di sekolah.
7. Data dan cek kondisi
Guru kelas terpilih wajib mendata dan cek kondisi siswa dan orang tua siswa secara virtual sebagai skrining awal.
Siswa atau orang tua siswa yang sakit diberikan keringanan tetap belajar di rumah hingga dokter menentukan sehat.
8. Posisi duduk
Pengaturan posisi duduk di ruang kelas dan ruang guru minimal berjarak 1,5
0 Response to "DERITA Bocah SD Akibat Kelamaan Tak Sekolah karena Corona, Kurang Gerak Badan Gembrot, Sesak Nafas"
Posting Komentar